Suzis si penurut yang seksi terikat dan tersumpal, mainan belaka bagi sang dominan.Pergelangan tangannya terborgol, dia beranjak pada belas kasihannya, seorang pelacur yang tak berdaya dalam perbudakan, merindukan sentuhannya.
Suzis, si rubah menawan dengan nafsu yang tak terpuaskan akan kenikmatan, mendapati dirinya berada dalam skenario yang menggiurkan.Ia bukan sekedar peserta dalam aksi itu, melainkan lebih tepatnya, sebuah mainan yang ditawan dan dibungkam di tangan kekasihnya yang licik.Pergelangan tangannya terikat, mulutnya teredam, tubuhnya berada di bawah belas kasihannya.Getaran pengejaran itu hilang, digantikan oleh daya pikat penaklukannya yang memabukkan.Ia siren yang tak berdaya, hasratnya sebatas dirinya.Penculiknya menggoda dan menggoda, setiap sentuhannya mengirimkan getaran pada tulang punggungnya.Ia hanya bisa merintih, menantikan tubuhnya, raba raba tubuhnya.Ia menghitung setiap rayuannya, ia hitung dengan gerakan penghambaannya untuk mengendalikan setiap keinginannya.Dan reaksinya terhadap ketaatan dan ketaatannya adalah reaksi dari ketundukan, kepasrahan dan kepasrahannya dalam permainan ini.Sitik dan ketunduran inilah yang sempurna, permainan yang bersimpati.